Selasa, 22 Oktober 2013

SUNGGUH RASA SAKIT ITU ADALAH SEBUAH NIKMAT

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya seperti pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah, jika sakit ini adalah karena Engkau ingin menggugurkan dosa-dosa hamba, maka biarlah sakit ini menjadi bagian dari hari-hari hamba. Hamba hanya ingin meminta kekuatan agar tak mengeluh dengan apapun yang menimpa hamba. Namun, jika sakit ini adalah karena hukuman atas kelalaian hamba, hamba mohon ampunanMu ya Allah. Sungguh hamba sadari nikmat sehat itu sangatlah luar biasa.

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “inna lillahi wa inna ilayhi raji’un”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Ujian yang Allah berikan kepada setiap hambaNya memanglah berbeda. Tidak semua orang diberikan ujian dengan musibah kekurangan harta, kehilangan orang-orang tercinta, atau bahkan kelemahan secara fisik. Ada banyak cara Allah menguji hamba-hambaNya yang untuk membuktikan keimananNya.

Saat sakit ini kurasakan lagi, kembali aku mengingat lagi FirmanNya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2-3)

 Abi Umamah Al Bahili menerangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: "Apabila seorang mukmin menderita sakit, Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis semua amal kebajikan yang dilakukan sewaktu sehat dan bahagia."

Dalam riwayat lain diterangkan, Rasulullah bersabda: "Apabila seseorang mukmin menderita sakit, Allah memerintahkan kepada empat malaikat, yang masing-masing dari mereka mendapat tugas sendiri-sendiri. Yang satu mendapat tugas mengambil kekuatan yang ada pada badannya, hingga dia menjadi lemas tak berdaya. Yang satu mendapat tugas mengambil kenikmatan yang ada pada mulutnya, hingga dia tidak merasakan nikmatnya makan dan minum. Yang satu mendapat tugas mengambil cahaya  yang ada pada mukanya, hingga dia kelihatan pucat lesi. Dan, satu lagi mendapat tugas mengambil semua dosa yang telah dilakukan, hingga dia bersih dari segala dosa lantaran sakit.

Ketika Allah menghendaki dia sembuh dari sakitnya, maka diperintahkan kepada malaikat yang mengambil kekuatan dari badannya agar mengembalikannya, hingga dia memiliki kekuatan lagi. Kepada malaikat yang mengambil rasa nikmat dari mulutnya diperintahkan pula agar mengembalikannya, hingga dia bisa merasakan kembali kenikmatan makan dan minum. Kepada malaikat yang mengambil cahaya dari wajahnya diperintahkan agar mengembalikan cahayanya, hingga dia kelihatan berseri.

Dan kepada malaikat yang mengambil dosa-dosanya tidak diperintahkan untuk mengembalikan, hingga malaikat itu segera bersujud kepada Allah seraya berkata: "Ya Allah, sungguh Engkau telah menugaskan kepada empat malaikat untuk mengambil sesuatu dari hamba-Mu yang sakit. Setelah sembuh, Engkau perintahkan kepada para malaikat untuk mengembalikan apa yang telah dia ambil. Karena apakah hingga Engkau tidak memerintahkan kepadaku untuk mengembalikan dosa-dosa yang telah aku ambil dari dirinya?

Mendengar pengaduan malaikat, Allah segera berfirman: "Karena sifat keagungan-Ku, tidak pantas bila Aku memerintahkan kepadamu agar mengembalikan dosa-dosa hamba-Ku setelah dia merasakan penderitaan ketika sakit. "

Kemudian malaikat pengambil dosa berkata: "Ya Allah, kemudian akan aku gunakan untuk apakah dosa-dosa ini?" Jawab Allah: "Pergilah, dan buanglah dosa-dosa itu ke samudra."

Malaikat itupun segera pergi ke samudra, membuang semua dosa yang dia ambil dari si sakit. Lalu dosa-dosa itu oleh Allah dijadikan binatang berupa buaya di samudra. Bila dalam sakitnya dia meninggal, berarti dia keluar dari alam dunia dalam keadaan bersih dari segala dosa.
Suatu ketika Rasulullah pernah berwasiat kepada Salman Al-Farisi, "Sesungguhnya ada tiga hal yang menjadi kepunyaanmu di dalam sakit. Pertama, engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT. Kedua, doamu diijabah oleh Allah. Dan ketiga, penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu. Semoga Dia menggembirakan kamu dengan kesehatan sampai ajalmu datang."

Ada doa Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah yang mulia, ketika dia sakit; "Ya Allah, saya tidak tahu mana yang harus aku syukuri di antara sehat dan sakitku? Mana di antara kedua waktu itu yang patut aku sampaikan pujian kepada-Mu? Apakah waktu sehat, ketika Engkau senangkan daku dengan rezeki-Mu yang baik, dan Engkau giatkan daku dengan rezeki itu untuk memperoleh ridha dan karunia-Mu, serta Engkau kuatkan daku untuk melaksanakan ketaatan pada-Mu? Atau waktu sakitku, ketika Engkau bersihkan dosaku, dan meringankan dosa-dosa yang memberati punggungku, menyucikan diriku dari liputan kesalahan, mengingatkan daku untuk bertobat kepada-Mu, dan menyadarkan daku untuk menghapuskan kekhilafan dalam melalaikan syukur atas nikmat-Mu."

 Karenanya, ada orang-orang yang di ujung hayatnya sakit terus, tidak sembuh-sembuh. Hal itu merupakan suatu keberuntungan baginya. Apalagi jika dulu, ketika masih sehat, dia hampir tidak pernah berdzikir kepada Allah. Bahkan banyak orang yang waktu mudanya lebih banyak lupa kepada Allah. Kemudian sebelum meninggal, dia sakit agak lama. Itu merupakan kasih-sayang Allah kepadanya, seandainya dia memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbanyak dzikir kepada-Nya.

Jadi, sakit dapat dijadikan sebagai penebus dosa, bila si sakit sabar dan tabah menghadapi kenyataan hidup. Dalam hal ini, Rasulullah telah bersabda: "Sakit panas sehari semalam merupakan tebusan dosa (kecil) yang telah dilakukan selama satu tahun.{"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar